KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan,
karunia, rahmat, dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang larutan
dalam pelajaran kimia.
Dalam penyusunan makalah ini banyak
hikmah yang kami peroleh dan pengalaman yang berharga tentunya, penulis
menyadari bahwa laporan kami ini jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati kami mohon para pembaca memberikan saran dan kritikan yang
membangun demi perbaikan, untuk itu kami ucapkan selamat membaca dan semoga
makalah kami ini bermanfaat bagi kita semua.
Ciwidey, 16 Desember
2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Di
dalam pembahasan makalah ini, kami akan membahas tentang berbagai macam
larutan. Secara sederhana konteks larutan ini banyak kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ketika kita sedang membuat campuran antara air,
gula, dan susu dan masih banyak lagi penerapan-penerapan sifat larutan dalam
kehidupan kita. Oleh karena itu kita perlu memahami secara lebih dalam lagi
mulai dari pengertian larutan itu sendiri, macam-macam larutan Berdasarkan
banyak sedikitnya zat terlarut, Berdasarkan daya hantar listriknya (daya
ionisasinya), bagaimana reaksi dalam larutan dan sifat-sifat dari larutan.
B. Ruang Lingkup
Pembahasan
Ruang
Lingkup Pembahasan dalam makalah ini adalah:
a.
Pengertian
larutan
b.
Macam-macam
Larutan
c.
Reaksi
dalam Larutan
d.
Sifat
Koligatif Larutan Kimia
e.
Aplikasi
Sifat Koligatif Larutan Dalam Kehidupan Sehari-hari
f.
Satuan
Kosentrasi
g.
Masalah
Kosentrasi
h.
pH
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari guru kimia kami
serta lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang pengertian dari larutan, serta
bagaimana konteks penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta juga untuk
memperluas ilmu pengetahuan kita.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
yang seluas-luasnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Larutan
Larutan
merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih. Berdasarkan jumlah zat
yang ada dalam larutan maka dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
terkecil adalah zat terlarut dan bagian terbesar adalah pelarut.
Contoh
larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti
garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam
cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan
dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain.
Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral
tertentu.
2.
Macam-macam larutan
Larutan
dibagi menjadi 3, yaitu:
a.
Larutan tak jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung
solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh (
masih dapat larut).
b.
Larutan jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang
mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut
padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh
terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c.
Larutan sangat jenuh
Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan
banyak sedikitnya zat terlarut,
larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.
Larutan pekat
Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung
relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b.
Larutan encer
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih
sedikit solute dibanding solvent.
Berdasarkan daya
hantar listriknya (daya
ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu:
a.
Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik.
Larutan
elektrolit dibedakan atas :
·
Elektrolit kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang
mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut
(umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang
tergolong elektrolit kuat adalah:
Ø Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3
dan lain-lain.
Ø Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan
alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
Ø Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI,
Al2(SO4)3 dan lain-lain
·
Elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya
hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar:O <>
Yang tergolong elektrolit lemah:
Ø Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S
dan lain-lain
Ø Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan
lain-lain
Ø Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl,
CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
b.
Larutan Non Elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut
tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Tergolong
ke dalam jenis ini misalnya:
-
Larutan urea
-
Larutan sukrosa
-
Larutan glukosa
-
Larutan alkohol dan lain-lain.
3.
Reaksi dalam Larutan
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a)
Eksoterm, yaitu proses melepaskan
panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan
energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b)
Endoterm, yaitu menyerap panas dari
lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi
potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
4.
Sifat Koligatif dalam Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
ditentukan oleh jumlah molekul atau ion yang terdapat di dalam larutan. Sifat
ini tidak ditentukan oleh jenis zat yang terlarut, atau ukuran zat tersebut.
Jadi dua hal yang mempengaruhi sifat koligatif yaitu banyaknya zat terlarut di
dalam larutan dan jenis pelarut apa yang digunakan untuk melarutkan zat
tersebut.
Sifat koligatif larutan ada 4 yakni :
a.
Penurunan tekanan uap jenuh
Tekanan uap jenuh adalah tekanan pada suhu tertentu
akibat tekanan uap suatu larutan. Untuk mempermudah pemahaman tentang
pengertian tekanan uap jenuh kita anggap semua zat menguap pada setiap saat,
artinya pada suhu berapapun zat (terutama zat cair) pasti akan menguap.
Contohnya
:
Botol
mineral yang sebagian isinya sudah kita minum, lalu kita diamkan, lama kelamaan
dinding botol bagian atas akan ada titik embun, semula sedikit, semakin lama
semakin rapat. Titik-titik uap yang mengembun di dinding botol akan mencapai
kerapatan tertentu, sampai seolah-olah tidak ada lagi air yang menguap, padahal
sebenarnya penguapan terus terjadi tetapi dibarengi dengan pengembunan. Keadaan
inilah yang disebut sebagai keadaan uap jenuh. Jika tekanan akibat uap jenuh
pada botol tersebut kita ukur dengan alat pengukur tekanan, maka angka hasil
pengukuran itulah yang disebut sebagai tekanan uap jenuh.
Jika
ke dalam botol mineral tadi kita larutkan gula atau garam atau sirup, kemudian
kita tunggu sampai keadaan uap jenuh, lalu kita ukur tekanannya, maka hasil
pengukuran akan menunjukkan angka yang lebih kecil dari tekanan uap jenuh air
murni. Hal ini menunjukkan bahwa partikel zat terlarut akan menurunkan tekanan
uap jenuh. Kenapa terjadi penurunan tekanan uap jenuh? Hal ini dikarenakan
partikel-partikel pelarut murni yang akan menguap, terhalang oleh
partikel-partikel zat terlarut, sehingga hanya sedikit partikel pelarut yang
dapat menguap, sehingga tekanan yang dihasilkan juga sedikit.
b.
Kenaikan titik didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih atau suhu
dimana terjadi perubahan wujud dari cair menjadi uap (gas). Pada suhu ini,
tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat
cair diukur pada tekanan 1 atm.
Contohnya :
Apabila kita merebus air dalam panci
tertutup , maka air tersebut akan mendidih saat tekanan uap dalam panci
mencapai 1 atm, oleh sebab itulah merebus air dalam keadaan tertutup lebih
cepat mendidih dibanding dengan keadaan terbuka.
Jadi, kenaikan titik didih larutan merupakan
fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat terlarut
didalam pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan lebih
kecil jika dibandingkan dengan titik larutan. Sebagai contoh titik didih air
murni adalah 100 C.
c.
Penurunan titik beku
Kita tahu bahwa air murni membeku pada suhu 0oC,
dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air
tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC, melainkan akan
turun dibawah 0oC, inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.
Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.
Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.
Contohnya
:
Larutan garam dalam air akan memiliki titik beku
yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu air, atau larutan
fenol dalam alcohol akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut murninya yaitu alcohol. Mengapa hal ini terjadi ? akan lebih
mudah apabila dijelaskan dari sudut pandang termodinamik sebagai berikut.
Contoh, air murni pada suhu 0 C. pada suhu ini air berada pada kesetimbangan
antara fasa cair dan fasa padat. Artinya, kecepatan air berubah wujud dari cair
ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fasa cair dan
fasa padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan
kata lain tingkat energi kedua fasa adalah sama.
Besarnya potensial kimia dipengaruhi oleh
temperature, jadi pada suhu tertentu potensial kimia fasa padat atau fasa cair
akan lebih rendah daripada yang lain, fasa yang memiliki potensial kimia yang
lebih rendah secara energy lebih disukai, mislanya pada suhu 2 C fasa cair
memiliki potensial kimia yang lebih rendah dibandingkn fasa padat sehingga suhu
ini maka air cenderung berada pada fasa cair, sebalinya pada suhu -1 C fasa
padat memiliki potensial kimia yang lebih rendah sehingga pada suhu ini air cenderung
berada pada fasa padat. Apabila kedalam air murni kita larutkan garam dan
kemudian suhunya kita turunkan sedikit demi sedikit, maka dengan berjalannya
waktu pendinginan maka perlahan-perlahan sebagian larutan akan berubah menjadi
fasa padat sehingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara
keseluruhan . pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair
dibandingkan dengan fasa padat, akibatnya pada saat proses pendinginan
berlangsung larutan akan mempertahankan fasanya dalam keadaan cair ,sebab
secara energy larutan lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa
padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih
rendah (turun) sedangkan potensial kimia pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh.
Maka akan lebih banyak energy yang deperlukan untuk mengubah larutan menjadi
fasa padat karena titik bekunya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut murninya. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut akan menurunkan
titik beku larutannya.
d.
Tekanan osmotik
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya
molekulmolekul pelarut ke dalam larutan secara spontan melalui selaput
semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya molekul-molekul zat pelarut dari
larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat.
Membran semipermeabel adalah (membran yang
hanya bisa dilewati oleh molekul-molekul pelarut, dan tidak bisa dilewati oleh
zat terlarut). Molekul-molekul air dari kaki sebelah kanan akan mengalir
ke bagian larutan yang ada di sebelah kiri melalui membrane semipermiabel,
peristiwa inilah yang disebut sebagai osmosis. Pada keadaan nyata,
molekul-molekul air dari larutan juga mengalir menuju bagian kanan akan tetapi
kecepatannya lebih kecil jika dibandingkan dengan kecepatan mengalirnya molekul
air menuju bagian larutan. Sampai akhirnya pada kesetimbangan maka kedua kaki
pada tabung akan menunjukkan perbedaan ketinggian tertentu.
Perbedaan ketinggian tersebut tentu saja akan
menimbulkan adanya perbedaan tekanan. Tekanan inilah yang disebut sebagai
tekanan osmosis
Jadi, Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan
pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke
dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
Ø Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah
dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
disebut larutan Hipotonis.
Ø Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi
dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
disebut larutan Hipertonis.
Ø Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama
disebut larutan Isotonis
Reverse osmosis/osmosis balik
Bila tekanan yang diaplikasikan terhadap larutan
adalah melebihi tekanan osmotiknya maka yang terjadi adalah molekul air akan
mengalir melewati membrane semipermbel menuju ke air (pelarut) . osmosis balik
banyak digunakan untuk membuat air minum dari air laut dan mengurangi kesadahan
air minum.
5.
Aplikasi sifat koligatif larutan dalam kehidupan
sehari-hari
·
System infuse,
cairan infuse harus isotonik dengan darah
·
Pencairan salju
yang menghalangi jalan pada musim salju, dengan cara menaburkan garam
·
Pencegahan
pembekuan air radiator mobil pada saat musim dingin di daerah Eropa.
6.
Satuan kosentrasi
Kosentrasi suatu zat merupakan rasio dari zat
terlarut dengan pelarut atau larutan, ada beberapa satuan kosentrasi yang
digunakan.
a.
Persen berat (%)
Menyatakan jumlah zat terlarut dalam tiap 100 gram
larutan.


b.
Persen volume (%)
Menyatakan jumlah volume (ml) dari zat terlarut
dalam 100 ml larutan.

c.
Fraksi mol (x)
Bilangan yang menyatakan rasio jumlah mol zat
terlarut dan pelarut dalam sebuah larutan. Secara umum jika terdapat larutan AB
dimana A mol zat terlarut dan B mol zat pelarut, fraksi mol A (Xa).



d.
Molalitas (m)
Satuan kosentrasi yang menyatakan jumlah mol zat
yang terdapat didalam 1000 gram pelarut.

e.
Molaritas (M)
Satuan kosentrasi yang banyak dipergunakan, dan didefinisikan
sebagai banyak mol zat terlarut dalam 1 liter (1000 ml) larutan.


f.
Normalitas (N)
Satuan kosentrasi yang sudah memperitungkan kation
atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya
zat dalam gram ekuivalen dalam 1 liter larutan. Secara sederhana gram ekuivalen
adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan.

Grek
= mol x jumlah H+ atau ion OH-
7.
Masalah kosentrasi
a.
Perhitungan zat terlarut

b.
Pengenceran larutan
Pengenceran adalah berkurangnya rasio zat terlarut didalam
larutan akibat penambahan pelarut. Sebaliknya pemekatan adalah bertambahnya
rasio kosentrasi zat terlarut didalam larutan akibat penambahan zat terlarut.

c.
Pencampuran kosentrasi

8.
pH
a. H2O memiliki sedikit sifat elektrolit artinya air dapat
terionisasi menghasilkan ion H+ dan ion OH-
b. Jika air dilarutkan asam, maka asam akan melepaskan ion H+
c. Jika air dilarutkan basa, maka basa akan melepaskan ion OH-
d. Jadi besarnya (H+) dalam larutan dapat digunakan untuk menyatakan
larutan basa, asam, a tau netral.



e. Makin rendahnya pH larutan makin bersifat asam dan sebaliknya
makin tinggi pH makin bersifat basa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
suatu industri fungsi suatu larutan sangat penting, baik yang berfungsi sebagai
pelarut maupun zat terlarut.
Air merupakan pelarut
yang paling murah, paling mudah dan paling banyak digunakan sebagai pelarut
dalam banyak industri.
B.
Daftar pustaka
·
Gusriani Widia. 2014. Rangkuman Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan 2007. Bandung.
·
Nur Wanti Kusmawanti. 2014. Buku Catatan Kimia Kelas XIF. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar